Di era teknologi yang serba canggih ini, tampaknya aktivitas sehari-hari manusia tak akan jauh dari peran baterai. Komponen ini memiliki peran penting di berbagai alat rumah tangga hingga kendaraan. 

Namun, tahukah Anda bahwa baterai memiliki banyak jenis dan fungsi yang berbeda? Memahami jenis-jenis baterai tidak hanya membantu Anda dalam memilih produk yang tepat, tetapi juga dapat meningkatkan efisiensi serta keamanan dalam penggunaannya. Oleh karena itu, mari telaah lebih dalam berbagai jenis dan fungsi baterai melalui artikel ini.

Pengertian Baterai

Secara umum, baterai adalah perangkat elektrokimia yang berfungsi menyimpan energi dalam bentuk kimia untuk kemudian dikonversi menjadi energi listrik. Baterai terdiri dari dua terminal, yaitu anoda (kutub negatif) dan katoda (kutub positif), serta cairan elektrolit yang menjadi penghantar ion di antara keduanya.

Dalam penggunaannya, baterai dibagi menjadi dua jenis utama: baterai primer dan baterai sekunder. Baterai primer merupakan baterai sekali pakai yang tidak dapat diisi ulang. Sebaliknya, baterai sekunder dapat digunakan berulang kali melalui proses pengisian ulang.

Energi yang dihasilkan baterai digunakan untuk mengaliri berbagai perangkat elektronik, mulai dari peralatan rumah tangga seperti remote, jam dinding, hingga sistem penggerak kendaraan listrik. Meski ukurannya kecil, baterai memegang peran penting dalam operasional alat elektronik modern.

Cara dan Prinsip Kerja Baterai

Baterai bekerja berdasarkan dua prinsip utama yang saling berkesinambungan, yaitu pengisian (charging) dan pengosongan (discharging). Keduanya melibatkan proses elektrokimia yang mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

1. Prinsip Pengosongan (Discharging)

Pada saat baterai digunakan untuk menyalakan perangkat elektronik, terjadi proses konversi energi kimia menjadi energi listrik. Proses ini disebut dengan pengosongan. Dalam proses ini, reaksi elektrokimia terjadi di dalam sel baterai:

  • Elektron mengalir dari elektroda negatif (anoda, biasanya timbal/Pb) menuju elektroda positif (katoda, seperti PbO₂) melalui rangkaian luar.
  • Ion negatif bergerak ke arah elektroda positif melalui elektrolit, sedangkan ion positif bergerak menuju elektroda negatif.
  • Pergerakan elektron dan ion ini menghasilkan arus listrik searah (DC) yang digunakan untuk menyalakan perangkat seperti ponsel, kamera, atau bahkan kendaraan listrik.

Energi listrik yang dihasilkan berasal dari reaksi redoks (reduksi-oksidasi), yang secara alami terjadi di dalam sel elektrokimia baterai. Ketika energi kimia mulai habis, baterai pun kehilangan kemampuannya dalam menyuplai daya.

2. Prinsip Pengisian (Charging)

Untuk jenis baterai yang dapat diisi ulang (baterai sekunder), proses pengisian kembali energi terjadi melalui konversi energi listrik menjadi energi kimia. Proses ini adalah kebalikan dari pengosongan:

  • Ketika baterai dihubungkan ke sumber listrik (charger), arus listrik mengalir dengan arah yang berlawanan.
  • Elektron dipaksa untuk bergerak dari elektroda positif ke elektroda negatif.
  • Ion oksigen yang terlepas bersatu kembali dengan atom timbal (Pb) pada elektroda positif membentuk timbal dioksida (PbO₂)
  • Di sisi lain, ion hidrogen (2H⁺) dan ion sulfat (SO₄²⁻) yang berada di sekitar elektroda negatif akan membentuk kembali asam sulfat (H₂SO₄), sebagai komponen utama dalam elektrolit baterai.

Selama proses ini, muatan kimia di dalam baterai dikembalikan ke kondisi awal sehingga baterai dapat digunakan kembali. Efisiensi proses ini sangat tergantung pada desain baterai, jenis material elektroda, dan kualitas elektrolit yang digunakan.

3. Tegangan DC dan Output Energi

Melalui proses tersebut, baterai menghasilkan tegangan listrik DC (direct current). Arus searah ini sangat ideal untuk perangkat elektronik karena lebih stabil dan aman dibandingkan arus bolak-balik (alternating current). Stabilitas tegangan ini juga menjadi alasan mengapa baterai digunakan secara luas pada alat elektronik portabel dan kendaraan listrik.

Fungsi Baterai

Fungsi baterai tidak sebatas sebagai penyimpan energi, tetapi juga sebagai sumber daya utama yang memastikan perangkat dapat berjalan secara optimal kapan saja dibutuhkan. Berikut adalah beberapa fungsi penting dari baterai:

1. Sebagai Penyedia Energi Listrik Mandiri

Fungsi utama baterai adalah menyediakan energi listrik bagi perangkat elektronik tanpa harus tersambung langsung ke sumber arus listrik konvensional. Dengan adanya baterai, perangkat seperti ponsel, laptop, kamera, hingga kendaraan listrik tetap dapat dioperasikan dalam kondisi portabel. Hal ini sangat membantu dalam menunjang mobilitas pengguna di berbagai situasi.

2. Sebagai Media Penyimpanan Energi dalam Bentuk Kimia

Berdasarkan konsep elektrokimia, baterai bekerja dengan menyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia. Energi ini kemudian dapat diubah kembali menjadi energi listrik melalui proses reaksi elektrokimia kapan pun dibutuhkan. Ini menjadi solusi ketika energi tidak dapat langsung digunakan atau disalurkan dari sumber utama secara terus-menerus.

3. Sebagai Sumber Tenaga untuk Perangkat Elektronik

Hampir seluruh perangkat elektronik mengandalkan baterai sebagai sumber tenaga utama atau cadangan. Tanpa baterai, perangkat seperti radio, walkie-talkie, jam digital, serta perangkat medis tidak dapat berfungsi dengan baik, terutama saat tidak terhubung dengan listrik.

4. Mendukung Performa Optimal Perangkat

Arus listrik yang dihasilkan oleh baterai disalurkan secara stabil, sehingga memungkinkan perangkat beroperasi dengan lancar dan efisien. Dengan pasokan energi yang konsisten, performa perangkat pun menjadi lebih terjaga tanpa terganggu oleh fluktuasi daya dari sumber listrik luar.

5. Memberikan Fleksibilitas dalam Penggunaan Teknologi

Baterai memberikan fleksibilitas kepada pengguna untuk tetap dapat menggunakan teknologi dalam berbagai kondisi dan tempat, tanpa harus terpaku pada keberadaan soket listrik. Hal ini mendukung gaya hidup dinamis, terutama di era digital saat ini.

6. Sebagai Alternatif Saat Tidak Ada Sumber Listrik Langsung

Dalam kondisi darurat atau ketika sumber listrik utama tidak tersedia, baterai menjadi solusi praktis dan cepat. Inilah mengapa keberadaan baterai sangat krusial dalam sistem cadangan daya seperti UPS (Uninterruptible Power Supply) dan alat komunikasi darurat.

Jenis Baterai yang Umum Digunakan di Rumah

Secara umum, baterai terbagi menjadi dua kategori utama berdasarkan kemampuannya untuk diisi ulang, yaitu baterai primer (sekali pakai) dan baterai sekunder (isi ulang). Masing-masing jenis memiliki karakteristik, bentuk, serta fungsi yang berbeda tergantung pada kebutuhan penggunaannya. Mari, pahami jenis-jenisnya:

1. Baterai Primer (Sekali Pakai)

Baterai primer merupakan jenis baterai yang tidak dapat diisi ulang karena reaksi kimianya bersifat irreversible. Biasanya digunakan pada perangkat elektronik yang tidak memerlukan konsumsi energi tinggi atau penggunaan jangka panjang. Beberapa jenisnya meliputi:

  • Zinc-Carbon (Seng-Karbon)
    Baterai ini umum ditemukan di toko atau supermarket. Menggunakan seng sebagai elektroda negatif sekaligus pembungkus baterai, serta batang karbon sebagai elektroda positif. Meskipun tergolong murah, daya tahannya cenderung lebih singkat.
  • Alkaline (Alkali)
    Memiliki kapasitas lebih besar dan umur simpan lebih panjang dibandingkan zinc-carbon. Menggunakan potassium hydroxide sebagai elektrolit, baterai ini cocok untuk perangkat seperti kamera digital, mainan anak, dan senter.
  • Lithium
    Baterai lithium dalam kategori primer mampu bertahan hingga lebih dari 10 tahun dan tetap berfungsi dalam suhu rendah. Bentuknya sering menyerupai koin (coin battery) atau baterai kancing, dan digunakan pada jam tangan, mikrokomputer, serta perangkat cadangan daya (backup memory).
  • Silver Oxide
    Dikenal memiliki kepadatan energi tinggi dalam ukuran kecil. Meski harganya relatif mahal karena menggunakan perak sebagai material utama, baterai ini digunakan pada kalkulator, jam tangan presisi, serta perangkat militer.

2. Baterai Sekunder (Isi Ulang)

Baterai sekunder adalah jenis baterai yang dapat diisi ulang karena reaksi kimianya reversible. Energi listrik dari luar dapat disimpan kembali dalam bentuk energi kimia untuk digunakan berulang kali. Beberapa jenis baterai isi ulang yang umum digunakan antara lain:

  • Ni-Cd (Nickel-Cadmium)
    Memiliki kemampuan bekerja dalam rentang suhu yang luas serta daya tahan tinggi. Namun, baterai ini mempunyai kelemahan berupa self-discharge hingga 30% per bulan dan kandungan bahan toksik kadmium yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Bahkan, penggunaan Ni-Cd telah dibatasi secara ketat di Uni Eropa.
  • Ni-MH (Nickel-Metal Hydride)
    Daya tampung energinya 30% lebih tinggi dibanding Ni-Cd dan tidak mengandung bahan beracun kadmium. Baterai ini sering digunakan pada kamera digital dan radio komunikasi. Meski demikian, NI-MH tetap memiliki tingkat self-discharge hingga 40% per bulan.
  • Li-Ion (Lithium-Ion)
    Salah satu jenis baterai paling populer di perangkat modern seperti ponsel, laptop, dan kendaraan listrik. Ia memiliki kepadatan energi tinggi, ringan, hemat daya, dan tahan lama. Li-Ion juga mempunyai tegangan konstan serta siklus pengisian ulang yang efisien.

Jenis Baterai Kendaraan

Kendaraan berbasis listrik, terutama motor dan mobil listrik, menggunakan baterai sebagai sumber tenaga utama. Dibandingkan baterai untuk perangkat rumah tangga, baterai kendaraan memiliki kapasitas lebih besar, kemampuan discharge tinggi, dan sistem proteksi lebih kompleks. Berikut jenis-jenis baterai kendaraan yang banyak digunakan:

1. Lithium-Ion (Li-Ion)

Jenis baterai ini menjadi andalan utama dalam kendaraan listrik karena kemampuannya menyimpan energi besar dengan bobot yang ringan. Selain itu, lithium-ion juga menawarkan efisiensi tinggi dalam penggunaan daya serta umur pakai yang panjang. Beberapa varian lithium-ion yang digunakan antara lain:

  • LFP (Lithium Iron Phosphate)
  • NCA (Nickel Cobalt Aluminum Oxide)
  • LTO (Lithium Titanate)
  • LMO (Lithium Manganese Oxide)
  • LCO (Lithium Cobalt Oxide)

Meski proses daur ulangnya masih tergolong mahal, kualitas performa dan kestabilannya membuat baterai ini tetap menjadi pilihan favorit banyak produsen otomotif.

2. Nickel-Metal Hydride (NiMH)

Digunakan pada mobil hybrid seperti Toyota Prius, baterai ini menyimpan energi melalui ion hidrogen yang dikendalikan oleh campuran logam seperti nikel dan titanium. Salah satu keunggulannya terletak pada siklus hidup yang panjang dan sifatnya yang ramah lingkungan karena mudah didaur ulang. Meski begitu, penggunaannya bisa memicu peningkatan suhu jika dipakai secara intens, dan dari sisi harga, jenis ini cenderung lebih mahal dibandingkan dengan baterai lainnya.

3. Lead-Acid (SLA)

Sebagai teknologi tertua di antara baterai kendaraan listrik lainnya, lead-acid tetap bertahan karena keandalannya dan biaya yang ekonomis. Umumnya ia digunakan pada kendaraan listrik dengan anggaran terbatas, jenis ini juga mudah didaur ulang dan memiliki sistem kerja yang cukup sederhana. Namun, di balik kelebihannya, baterai ini memiliki kelemahan seperti masa pakai yang lebih pendek serta performa yang menurun drastis saat digunakan di lingkungan bersuhu rendah.

Baca Juga: Baterai VRLA Berkapasitas Kecil: Solusi Terjangkau untuk Kebutuhan Skala Kecil

4. Ultracapacitor

Ultracapacitor bukan pengganti baterai utama, melainkan pelengkap yang sangat berguna dalam situasi tertentu. Benda ini mampu menyimpan dan melepaskan energi dalam waktu singkat, sangat cocok digunakan saat kendaraan membutuhkan dorongan daya mendadak, seperti saat menanjak atau berakselerasi cepat. Selain itu, perangkat ini juga berperan dalam mendaur ulang energi dari sistem pengereman, sehingga mendukung efisiensi energi secara keseluruhan dalam sistem kelistrikan kendaraan.

5. Solid-State Battery

Baterai solid-state merupakan teknologi terbaru yang mulai banyak dikembangkan untuk menggantikan baterai konvensional. Berbeda dengan lithium-ion yang menggunakan cairan sebagai elektrolit, baterai ini menggunakan bahan padat seperti keramik atau kaca. Karena itu, desainnya bisa dibuat lebih ringkas dan aman, bahkan tidak mudah panas saat digunakan. 

Selain lebih stabil secara termal, baterai solid-state juga memiliki kepadatan energi yang jauh lebih tinggi. Dengan kapasitas penyimpanan daya yang diklaim dua hingga sepuluh kali lebih besar dibandingkan lithium-ion, baterai ini diyakini akan menjadi solusi penyimpanan energi masa depan, terutama untuk kendaraan listrik dan perangkat elektronik berdaya besar.

6. Nickel-Cadmium (Ni-Cd)

Baterai nickel-cadmium dikenal sebagai jenis baterai isi ulang yang memiliki daya tahan cukup lama dan kemampuan menyimpan energi dalam jumlah besar. Namun, baterai ini memiliki beberapa kelemahan. Ukurannya lebih berat dibandingkan jenis lain, dan performanya dapat menurun setelah beberapa kali digunakan atau diisi ulang. 

Yang menjadi perhatian utama adalah kandungan kimia di dalamnya, yaitu kadmium, yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Karena alasan ini, penggunaan baterai Ni-Cd di kendaraan sudah mulai ditinggalkan dan bahkan dilarang di sejumlah negara. Kini, baterai ini lebih banyak digunakan dalam perangkat industri yang masih memerlukan kelebihan daya tahannya, dengan tetap memperhatikan sistem pembuangan limbah yang aman.

Setelah memahami berbagai jenis baterai dan fungsinya, kini Anda memiliki bekal pengetahuan yang lebih kuat untuk menentukan pilihan sesuai kebutuhan, baik untuk perangkat rumah tangga, sistem cadangan daya, maupun kebutuhan industri. 

Langkah selanjutnya, Anda bisa mulai menyesuaikan kebutuhan tersebut dengan solusi yang tepat. Jika Anda sedang mencari produk baterai VRLA berkualitas, aki motor, ataupun perangkat kelistrikan pendukung lainnya, Samoto menyediakan beragam pilihan produk yang bisa Anda andalkan.Silakan kunjungi laman resmi kami di samoto.co.id untuk melihat katalog lengkap dan dapatkan solusi kelistrikan yang paling sesuai untuk kebutuhan Anda. Jangan ragu untuk berkonsultasi langsung dengan tim kami melalui kontak Service Center.

Search